Membaca: Menyehatkan Pikiran

Membaca: Menyehatkan Pikiran
Membaca/ foto Pexels. Com

Saya mengawali awal tahun yang sangat buruk. Otak terasa sempit dari pikiran-pikiran baik. Dada terasa sesak sehingga hati tak mampu membuka hati untuk hal-hal positif.

Hidup seperti itu ternyata membuat raga dan tenaga untuk melakukan hal baik pun semakin tak menentu. Kerap kali saya mencari apa penyebabnya. Tentu, hal ini harus saya atasi segera. Karena, kebiasaan menulis, membaca, dan beribadah semuanya jadi berantakan. Dan pada awal bulan Mei saya mencoba membuka kembali lembaran-lembaran buku yang sudah lama berjejeran di rak buku yang selama ini hanya menjadi pajangan.

Beberapa buku saya ambil lagi. Awalnya saya hanya mengambilnya dari rak buku, kemudian membawanya duduk bersandar di depan ruang TV. Akan tetapi, saya tidak membacanya. Hanya duduk memeluknya sambil sibuk scroll hp berjam-jam.

Hari berikutnya saya lakukan hal yang sama. Dan pada hari ke 5 saya mengambil sebuah buku yang penulisnya adalah salah satu penulis favorit saya. Ia adalah Solikhin Abu Izzuddin. Buku beliau yang saya ambil hari itu berjudul Upgrade.

Buku bersampul merah dan judul bertulisan putih itu berhasil mengeluarkan saya dari penyakit yang sudah membuat saya vakum beberapa bulan dari kegiatan tulis menulis dan membaca.

Pada halaman 40 penulis menulis kalimat yang membuat saya tertampar.  Dia menulis:

 "Hati-hatilah sebab termasuk kebodohan yang paling bodoh dan kegilaan yang paling gila adalah bila kita menghendaki sesuatu yang lebih, tetapi kita melakukan itu-itu saja tidak berusaha bergerak lebih rancak. Tidak berupaya belajar lebih cerdas, tidak berusaha bekerja lebih keras, dan tidak mau melangkah lebih gegas."

Setelah membaca kalimat tersebut saya pun berpikir. "Sungguh sebuah kekonyolan gila yang sedang saya lakukan. Saya menginginkan banyak hal tapi saya terdiam tidak bekerja."

Saya pun melanjutkan membaca buku tersebut. Setelah beberapa lembar terbaca. Saya teringat buku baru yang sudah dibeli dan belum dibuka. Akhirnya buku upgrade itu saya letakkan kembali pada rak buku dan mengambil buku baru yang berjudul Manusia Paripurna.

Buku yang ditulis oleh penulis best seller ini selalu membuat saya penasaran dengan isi bukunya. Dan penulis juga selalu berhasil memberi energi baru untuk bangkit dalam setiap karyanya.

Buku Manusia Paripurna ini memberikan pelajaran penting tentang menghidupkan kembali aqidah dalam keributan zaman saat ini. Buku ini berhasil menanamkan kembali keimanan dan keyakinan kita akan kehadiran Tuhan dalam setiap kegiatan dan setiap proses usaha yang kita lakukan.

Buku sudah menjadi salah satu obat termurah saat saya kehilangan arah untuk melangkah. Hidup dalam kebimbangan tanpa motivasi dan dorongan positif membuat saya kalah dengan keegoisan sendiri. Akan tetapi, tidak harus diam dan menikmati lebih dalam. Karena, masalah bukan untuk dipikirkan. Tapi, untuk diselesaikan.

Ketika kita sudah terombang-ambing oleh diri sendiri dan merasa terpuruk karena perbuatan sendiri. Cobalah untuk mencari solusi. Salah satunya dengan membaca. Buku memang benda mati yang tak mampu berbicara dengan kita. Namun, ia hanyalah lembaran-lembaran kertas berisi tulisan bisu yang dapat membuka pikiran baru, memberikan energi lebih, dan membuka kembali wawasan yang sempat tertutup.

Membaca bisa menyehatkan hati. Menjernihkan hati. Maka, bacalah ketika kau berada dibawah kegelisahan yang membuatmu gila.




Posting Komentar untuk "Membaca: Menyehatkan Pikiran"